Tags

,

Shalawat bentuk jamak dari kata salla atau salat yang berarti: doa, keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah. Arti bershalawat dapat dilihat dari pelakunya. Jika shalawat itu datangnya dari Allah Swt. berarti memberi rahmat kepada makhluk. Shalawat dari malaikat berarti memberikan ampunan. Sedangkan shalawat dari orang-orang mukmin berarti suatu doa agar Allah Swt. memberi rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad Saw. dan keluarganya.

Shalawat juga berarti doa, baik untuk diri sendiri, orang banyak atau kepentingan bersama. Sedangkan shalawat sebagai ibadah ialah pernyataan hamba atas ketundukannya kepada Allah Swt., serta mengharapkan pahala dari-Nya, sebagaimana yang dijanjikan Nabi Muhammad Saw., bahwa orang yang bershalawat kepadanya akan mendapat pahala yang besar, baik shalawat itu dalam bentuk tulisan maupun lisan (ucapan).

Kata shalawat juga dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari kata shalat yang pada asalnya (lughawi/etimologis) berarti doa. Kedua istilah shalawat dan shalat sebenarnya sudah akrab di telinga warga Indonesia, khususnya yang beragama Islam. Hanya saja dalam pemahaman mereka konotasi keduanya berbeda satu dengan yang lain. Shalat diartikan sembahyang, sedang shalawat adalah bacaan tertentu dalam konteks doa untuk Nabi Muhammad Saw. Padahal, seperti telah dikemukakan, shalawat adalah bentuk jamak dari shalat. Dalam al-Qur’an Allah swt berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuknya dan bersalamlah dengan sebenar-benar salam.“ QS. Al-Ahzab:56 23

Ayat ini menuturkan bahwa Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad Saw. Kemudian Allah memerintahkan kaum beriman agar bershalawat pula untuk beliau. Di sini ada shalawat dari Allah, ada shalawat dari malaikat dan ada shalawat dari sesama manusia.

Menurut data jateng.kemenag.go.id, mayoritas warga dusun Sibanteng 100 % beragama islam yang sebahagian masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani di ladang saat siang hari sehingga Sibanteng mempunyai kegiatan yang rutin pada malamnya serta aktif yaitu shalawatan bersama dengan bergilir dari rumah ke rumah dengan tujuan yaitu memperkuat kerohanian warga setempat juga memperkuat hubungan kekerabatan antara warga satu dengan warga lainnya.

Umumnya kegiatan shalawatan ini dilakukan sekali dalam seminggu. Ketua dalam kegiatan ini adalah bapak Kuwadi (35th) yang bertindak sebagai kepala takmir masjid ummurul mukminin. Lahirnya shalawatan di desa ini adalah berawal dari adanya keresahan warga dengan kurangnya kegiatan kerohanian dalam dusun Sibanteng sehingga pencetusnya yaitu bapak Nur (30th) dan bapak Kuwadi yang keduanya merupakan anggota aktif takmir saat itu pada tahun 2012 akhir,